Pengabdian di pedalaman Papua Eps. 1 (The Beginning)
![]() |
| Lokasi: Kabupaten Merauke, Papua. |
Seperti janjiku ditulisan sebelumnya, saya akan melanjutkan ceritaku tentang pengalamanku mengabdi di pedalaman Papua. Tapi sebelumnya aku akan menceritakan asal mula kenapa aku bisa mengabdi di pedalaman Papua sebagai Guru Penggerak Daerah Terpencil.
Perkenalan dulu kita, karena ada pepatah mengatakan "tak kenal maka tak sayang" kalau udah sayang jangan ditinggalin ya. Hehehe
Nama lengkapku David Sahala Juniarto Sihotang, anak terakhir dari 7 bersaudara, lahir di Medan, 01 Juni 1996, alamat Jln. Pintu Air IV Simalingkar B. Bah.. lengkap kali, KTP ku ajalah ku lampirkan ya biar lebih lengkap lagi, udah macam apa kali kuliat. (keluar logat medannya)
Dari SMA memang niatku mau ke Papua, karena suka aku berpetualang, mencari tantangan, sampai gak pulang-pulang (udah macam bang Toyib gak pulang-pulang). Sadarnya aku hobby ku ini mahal, ditambah lagi ekonomi keluargaku krisis moneter setiap hari, uang jajan paling jago itu Rp.10.000 setiap hari. Macam mana lah mau berpetualang ongkos untuk naik becak pun gak cukup ke memplas (Medan Plaza). Tapi gak ambil pusing aku, dengan uang Rp. 10.000 masih bisa aku berpetualang, di warnet Rp. 10.000 bisa berpetualang selama 5 jam + X-teh. Main game petualangan, browsing tentang Papua sambil dengar lagu yonglek di youtube. Pokoknya hobby berpetualang ku lampiaskan di warnet selama 5 jam.
Singkat cerita, hari berlalu, bulan berganti, tahun menghilang, krisis moneter masih melanda ekonomi keluargaku. Waktu itu aku sudah selesai kuliah, tinggal menunggu wisuda. Seperti biasa aku lagi browsing tentang Papua di warnet, tidak lupa sambil dengar lagu yonglek di youtube dan sesekali buka Facebook lihat-lihat status orang, ada yang menulis "happy Anniversary yang ke satu bulan sayang" hati kecilku berteriak "itu anniversary atau mens***** setiap bulan".
Terlihatku di Facebook postingan dari Gugus Tugas Papua UGM..
Tanpa pikir panjang, langsung ku daftarkan diriku sebagai orang yang memiliki komitmen tinggi untuk mengabdi di pedalaman Papua sebagai Guru Penggerak Daerah Terpencil di Kabupaten Mappi.
Banyak syarat yang harus kulengkapi untuk mendaftar, sebanyak apapun syaratnya kulengkapi semua yang penting terdaftar aja dulu.
Setelah sebulan lamanya menunggu hasil untuk mengikuti tahap selanjutnya, akhirnya hasilnya keluar juga..
Coba lihat namaku disitu, kelihatan? Kalo gak kelihatan maaf berarti Anda belum beruntung, dicoba lagi ya..
Setelah lolos tes tahap pertama (online), aku bersiap-siap menunggu tes tahap kedua (offline). Tes kedua ini ada beberapa bagian yang mau di ujikan, yang pertama itu wawancara, kedua LGD (kepanjangannya lupa tapi tentang pemecahan masalah) dan yang terakhir itu microteaching.
Foto diatas itu suasana ketika lagi tes wawancara (dalam hati berkata "tatap mata saya, lulus.. lulus.. lulus!! )
Setelah mengikuti tes dari jam 10.00 sampai selesai jam 17.00, diberitahu bahwa hasil tesnya diumumkan 1 minggu lagi. Menunggu hasil tes ini membuat jantungku berdetak kencang selama 1 minggu (untung jantung ini buatan Tuhan, kalo Made in China pasti udah minta di ganti yang baru).
Satu minggu lamanya aku menunggu sampai gak mandi (supaya aroma tes minggu lalu masih melekat, buang sial) hasil tes pun diumumkan lewat website Gugus Tugas Papua UGM. Dan hasilnya aku gak lulus tessstt!!
Pada saat itu, tubuh ini langsung lemas macam gak pernah makan enak. Selera untuk mandi berkurang, selera makan bertambah. Sebenarnya kecewa sih, karena sudah terlalu tinggi bermimpi tapi dalam seketika jatuh (pesan moral " terlalu tinggi bermimpi menyebabkan hilangnya selera untuk mandi").
Walaupun gak lulus, tetapi aku tetap bersyukur dan berdoa "Jadilah kehendakMu bukan kehendakku". Setelah beberapa hari berlalu, handphone ku yang gak seberapa berbunyi "nyettt..nyettt" tanda handphoneku berbunyi. Kuangkat telfonnya, terdengar suara laki-laki berat-berat basah gitu "halo.. apakah ini dengan saudara David Sihotang?" dengan spontan kujawab "iya saya sendiri" (kalo berdua itu lagi main catur) yang menelepon tadi langsung membalas "selamat anda mendapatkan kulkas tak berpintu" (becanda), yang menelepon tadi membalas " selamat.. saudara David Sihotang lolos tes Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) syarat untuk berangkat ke Merauke segera di lengkapi, sekian dan terakasih". Setelah menerima telepon dari pihak UGM, sepanjang hari aku lompat-lompat sampe tambah tinggi ku 0,01cm karena terlalu senangnya.
Keesokan harinya syarat yang diminta langsung kulengkapi selengkap-lengkapnya. Sempat ada keraguan untuk berangkat karena kebetulan keberangkatan bersamaan dengan dibukanya CPNS, tapi pendirian tak tergoyahkan untuk tetap berangkat ke Papua. Pemikiranmu kalau aku mengikuti CPNS apakah aku sudah pasti lulus? Kalo lulus CPNS apakah aku sudah pasti mendapatkan kesempatan untuk pergi mengabdi ke Papua?
Kalo memang rejeki, dimana pun aku ditempatkan pasti bisa tes CPNS. Bagiku lulus PNS itu bukanlah segala, tetapi mengabdi di Papua itu baru segalanya bagiku. (jangan dicontoh ya, ikuti kata hatimu).
Setelah semuanya telah terlengkapi, tinggal menunggu keberangkatan menuju Kabupaten Merauke (tempat titik kumpulnya GPDT dari seluruh penjuru Indonesia). Tepat tanggal 2 Oktober 2018 kami rombongan GPDT Sumatera Utara terbang menuju Kabupaten Merauke, Papua.
![]() |
| Saya yang di tengah, yang paling tampan. |
Kami tiba di bandara Moppah, Kabupaten Merauke keesokan harinya pada tanggal 3 Oktober 2018 dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun.
Cukup untuk ceritanya kali ini, masih ada lanjutannya dan yang pasti ceritanya semakin seru. Semoga setelah membaca ceritaku ini, anda terhibur dan termotivasi. Dan kalau ada kata yang salah atau kurang berkenan di hati saya mohon maaf, bisa di ketik di kolom komentar agar saya bisa mengevaluasi tulisan saya. Saya pamit undur diri, sekian dan terimakasih.
Salam dari pedalaman Papua.
Merauke, 2019





1 komentar :
Kisah kehidupan yg luar biasa
Reply